Entri Populer

Tuesday, November 5, 2013

(Report #4) Samarinda Seberang (3/3): Sarung Tenun Samarinda

THE LAST ONE FOR THIS OMG





"In boredom, you find creativity to form."


Keren ya quote saya itu? XD Ah, tidak perlu banyak bacot, kali ini saya ingin lebih luwes dalam menulis entri ini, karena saya rasa ini emang waktu yang tepat untuk itu. 8D


Sejarah Singkat Hadirnya Sarung Tenun
Ini merupakan kisah yang lucu bagi diri saya pribadi, karena ternyata warga Bugis dari Wajo yang bosan ketika sedang menyeberangi selat demi mencapai Samarinda Seberang lah yang membuat sarung ini. Pergi menggunakan kapal memang selalu memakan waktu, terlebih jika cuaca tengah tak bersahabat dan keadaan laut tidak menentu. Nah, karena bosan hanya menunggu saja di kapal tanpa melakukan hal lain yang cukup berguna, warga Bugis Wajo pun menenun kain dengan peralatan seadanya. Yang begitu sesampainya di Samarinda kain biasanya akan sudah jadi, saking lamanya mereka menunggu di laut.

Akibat ketertarikan banyak orang terdekat akan hasil karya mereka, mereka (warga Bugis Wajo) pun mulai memroduksi sarung tenun ini dengan alat tenun.


alat penenun yang bernama 'Gedokan'.



Corak Sarung
Ada bermacam corak sarung tenun yang tersedia. Di antaranya ada corak Soekarno, corak Hatta, Sari Pengantin, Palopo, Negara, Bontang, Pucuk, Perempuan dan masih banyak lagi.


 Lupa masing-masing namanya apa orz. >->
Palopo. Entah kenapa yang ini cukup saya ingat, lol.







Yang mengejutkan, ternyata bahan berupa benang yang digunakan untuk membuat kerajinan ini bukan berasal dari Indonesia, namun dari Cina. >-> Again. Pengrajin biasanya memesan benang sutra dari Cina itu di Surabaya, jadi... seperti sebuah siklus yang terlalu berputar-putar? Yah, itu yang saya pikirkan pertama kali.

Gedokan dibuat oleh pengrajin khusus juga. Pastinya.

Motif-- motif kain adalah hal yang paling membuat hati saya miris. Menurut cerita dari salah satu pengrajin, masing-masing pengrajin mengerjakan kain sarung berdasarkan motif yang dibuat oleh pemotif sarung tenun. Dan menurut cerita pula, kini hanya tersisa satu orang tua pemotif yang masih hidup, walau belia sedang sakit. Dan sekilas terpikirkan oleh saya; bagaimana jika orang tua tersebut meninggal? Bukankah tidak bakal lagi ada yang dapat membuatkan motif bagi para pengrajin. Walau saya tidak mengatakan hal ini, namun salah satu teman.
Tapi pengrajin yang menjadi nara sumber itu hanya menjawab dengan nada santai, bahwa masih ada anak sang pemotif jadi hal itu tidak menjadi pikiran mereka.

Saya cukup terperanjat mendengar hal tersebut.

Hanya satu? Cukup hanya satu orang generasi penerus??? Apa tidak ada usaha dari dinas terkait tentang ini? Apa ini akan dibiarkan begitu saja?? Saya marah dalam hati.


Yah, pada akhirnya pemikiran ini pun tidak akan berguna jika orang yang dikhawatirkan samasekali tidak berpikir bahwah hidup mereka tengah berada di ujung tanduk. Saya speechless.


Lokasi Kampung Tenun
Lokasi pengrajin tenun berada di Gang Pertenunan Rt. 02 di Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda.
Yeeepppp, jika jalan yang diambil benar, maka lokasi Makam Daeng Mangkona, Masjid Shirathal Mustaqiem dan Kampung Tenun dapat didatangi dengan sekali jalan. Seperti apa yang kami lakukan 3 minggu lalu. 8D

No comments:

Post a Comment